Pengertian Pembangunan
Siagian (1994) memberikan pengertian tentang pembangunan sebagai "Suatu usaha atau rangkaian usaha pertumbuhan dan perubahan yang berencana dan dilakukan secara sadar oleh suatu bangsa, negara, dan pemerintah, menuju modernitas dalam rangka pembinaan bangsa (nation buliding)".
Ginanjar Kartasasmita (1994) memberikan pengertian yang lebih sederhana, yaitu sebagai suatu proses perubahan ke arah yang lebih baik melalui upaya yang dilakukan secara terencana".
1. Strategi Pertumbuhan
Adapun inti dari konsep strategi yang pertama ini adalah:
-Strategi pembangunan ekonomi suatu negara akan terpusat pada upaya
pembentukan modal, serta bagaimana menanamkannya secara seimbang,
menyebar, terarah, dan memusat, sehingga dapat menimbulkan efek
pertumbuhan ekonomi.
-Selanjutnya bahwa pertumbuhan ekonomi akan dinikmati oleh golongan lemah melalui proses merambat kebawah (trickle-dowm-effect)- pendistribusian kembali.
-Jika terjadi ketimpangan atau ketidakmerataan, hal tersebut merupakan persyaratan terciptanya pertumbuhan ekonomi.
Kritik paling keras dari strategi pertama ini adalah, bahwa pada kenyataan yang terjadi adalah ketimpangan yang semakin tajam.
-Selanjutnya bahwa pertumbuhan ekonomi akan dinikmati oleh golongan lemah melalui proses merambat kebawah (trickle-dowm-effect)- pendistribusian kembali.
-Jika terjadi ketimpangan atau ketidakmerataan, hal tersebut merupakan persyaratan terciptanya pertumbuhan ekonomi.
Kritik paling keras dari strategi pertama ini adalah, bahwa pada kenyataan yang terjadi adalah ketimpangan yang semakin tajam.
Faktor yang mempengaruhi diberlakukannya strategi Pembangunan yang
berorientasi pada penghapusan kemiskinan-kemiskinan pada dasrnya
dilandasi keinginan, berdasarkan norma tertentu, bahwa kemiskinan harus
secepat mungkin dibatasi. Sementara itu strategi-strategi pembangunan
yang lain ternyata sangat sulit mempengaruhi atau memberikan manfaat
secara langsung kepada golongan miskin ini.
2. Strategi pembangunan disertai pemerataan (growth with equity) yang bertumpu pada keserasaian pertumbuhan ekonomi (pro-growth) dalam menciptakan kesempatan kerja (pro-jobs) dan mengurangi kemiskinan (pro-poor) yang tetap berdasarkan kelestarian alam (pro-environment). Kebijakan pembangunan diarahkan untuk memperkuat keterkaitan antarwilayah (domestic interconnectivity), membangun dan memperkuat rantai industri hulu hilir produk unggulan berbasis sumber daya lokal, mengembangkan pusat-pusat produksi dan perdagangan baik di Jawa-Bali maupun di luar wilayah Jawa Bali yang didukung dengan penyediaan prasarana dan sarana, peningkatan SDM, pusat-pusat penelitian, pembangkit listrik dan penyediaan air bersih; serta perbaikan pelayanan sesuai standar pelayanan minimal. Sejalan dengan arah kebijakan ini, pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) merupakan salah satu dorong untuk menciptakan dan membangun pusat-pusat pertumbuhan dan perdagangan di seluruh wilayah.
3. Strategi Ketergantungan
Tidak
sempurnanya konsep strategi pertama dan strategi kedua mendorong para
ahli ekonomi mencari alternatif lain, sehingga pada tahun 1965 muncul
strategi pembangunan dengan nama strategi ketergantungan. Inti dari
konsep ketergantungan adalah:
- Kemiskinan di negara-negara berkembang lebih disebabkan karena adanya ketergantungan negara tersebut dari pihak/negara lainnya. Oleh karena itu jika suatu negara ingin bebas dari kemiskinan dan keterbelakangan ekonomi, negara tersebut harus mengarahkan upaya pembangunan ekonominya pada usaha melepaskan diri dari ketergantungan dari pihak lain. Langkah yang dapat ditempuh diantaranyanadalah; meningkatnya produksi nasional, yang disertai dengan peningkatan kemampuan dalam bidang produksi, lebih mencintai produk nasional, dan sejenisnya.
- Teori ketergantungan ini kemudian dkritik oleh Kothari dengan mengatakan "... teori ketergantungan tersebut memang cukup relevan, namun sayangnya telah menjadi semacam dalih terhadap kenyataan dari kurangnya usaha untuk membangun masyarakat sendiri (selfdevelopment). Sebab selalu akan gempang sekali bagi kita untuk menumpahkan semua kesalahan pihak luar yang memeras, sementara pemerasan yang terjadi di dalam lingkungan masyarakat kita sendiri dibiarkan saja..." (Kothari dalam Ismid Hadad, 1980)
4. Strategi Yang Berwawasan Ruang
Strategi ini
dikemukakan oleh Myrdall dan Hirrschman, yang mengemukakan sebab-sebab
kurangn mampunya daerah miskin berkembang secepat daerah yang lebih
maju/kaya. Menurut mereka kurang mampunya daerah miskin berkembang
secepat daerah kaya atau maju dikarenakan kemampuan/pengaruh menyebar
dari kaya ke miskin (spread effects) lebih kecil daripada terjadinya
aliran sumber daya dari daerah miskin ke daerah kaya (back-wash effect).
Perbedaan pandangan kedua tokoh tersebut adalah, bahwa Myrdall tidak
percaya bahwa keseimbangan daerah kaya dan miskin akan tercapai,
sedangkan Hirschman percaya, sekalipun baru akan tercapai dalam jangka
panjang.
5. Strategi Pendekatan Kebutuhan Pokok
Sasaran dari strategi ini adalah menanggulangi kemiskinan secara
massal. Strategi ini selanjutnya dikembangkan oleh Organisasi Perburuhan
Indonesia Sedunia (ILO) pada tahun 1975), dengan menekankan bahwa
kebutuhan pokok manusia idak mungkin dapat dipenuhi jika pendapatan
masih rendah akibat kemiskinan yang bersumber pada pengganguran. Oleh
karena itu sebaiknya usaha-usaha diarahkan pada penciptaan lapangan
kerja, peningkatan pemenuhan kebutuhan pokok, dan sejenisnya.
FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMILIHAN STRATEGI PEMBANGUNAN EKONOMI
Pada
dasarnya faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan strategi pembangunan
ekonomi adalah tujuan yang khendak dicapai. Apabila yang ingin dicapai
adalah tingkat pertumbuhan yang tinggi, maka faktor yang mempengaruhi
digunakannya strategi tersebut adalah tingkat pertumbuhan ekonomi yang
rendah, akumilasi kapital rendah, tingkat pendapatan pada kapital yang
rendah, struktur ekonomi yang berat ke sektor tradisional yang juga
kurang berkembang.
Melalui
peningkatan laju pertumbuhan itu orang percaya bahwa prinsip trickle
down effect akan bekerja dengan baik sehingga tujuan pembangunan secara
keseluruhan dapat dicapai. Namun seperti yang telah diuraikan ternyata
strategi pembangunan itu tidak dapat berperan baik, khususnya dalam
mencapai tingkat pemerataan pembangunan, mengatasi pengganguran dan
kemiskinan. Sehingga faktor yang mempengaruhi dipilihnya strategi
penciptaan lapangan pekerjaan adalah tidak bekerjanya trickle down
effect, pemerataan pembangunan yang pincang, pengganguran yang cukup
besar khususnya di sektoe tradisional yang dipihak lain masih didukung
laju pertumbuhan penduduk yang sangat tinggi.
Faktor
yang mempengaruhi diberlakukannya strategi Pembangunan yang
berorientasi pada penghapusan kemiskinan-kemiskinan pada dasrnya
dilandasi keinginan, berdasarkan norma tertentu, bahwa kemiskinan harus
secepat mungkin dibatasi. Sementara itu strategi-strategi pembangunan
yang lain ternyata sangat sulit mempengaruhi atau memberikan manfaat
secara langsung kepada golongan miskin ini.
Strategi
pembangunan, seperti telah diuraikan, ternyata malah menimbulkan
ketidakmerataan hasil pembangunan. Kemerataan itu tidak hanya
antargolongan masyarakat, tetapi juga antar daerah. Sehingga ada daerah
maju dan daerah terbelakang. Ketimpangan antar daerah ini pada dasarnya
disebabkan oleh kebijaksanaan penanaman modal yang cendrung hanya
diarahkan kelokasi tertentu. Biasanya modal yang ditanamkan tersebut
bersifat padat modal dan outputnya berorientasi ke pasar Internasional
dan atau kelompok menengah ke atas di dalam negeri. dalam kebijaksanaan
ini ternyata bekerjanya prinsip spread effect( bandingkan dengan prisip
trickle down effect) lebih lemah dibandingkan dengan bekerjanya
back-wash effect (Proses mengalirnya dana sumber daya dari daerah terbelakang (desa) ke daerah maju (kota) ), sehiongga strategi penanaman modal itu mengakibatkan makin miskinnya daerah terbelakang, khususnya pemiskinan sumber dayanya.
Selain
karena kebijaksanaan penanaman modal, ketimpangan antar daerah juga
disebabkan karena potensi daerah yang berbeda-beda. Di daerah Kalimantan
misalnya, potensi hutannya besar sekali dan itu tidak dimiliki Pulau
Jawa. Riau memiliki sumber minyak bumi dan tidak dimiliki NTT. Dengan
demikian faktor-faktor yang mempengaruhi diberlakukannya strategi
pembangunan yang berorientasi pada pemerataan antar daerah adalah
potensi anyar daerah yang berbeda, kebijaksanaan penanaman modal yang
berat sebelah (urban bias: penanaman modal hanya di sektor yang sangat menguntungkan, biasanya di daerah perkotaan), dan karena adanya ketimpangan antar daerah.
No comments:
Post a Comment